Jogja sebagai kota wisata kedua setelah Pulau Bali membuat kawasan ini selalu ramai dikunjungi. Para wisatawan akan memadati kota Jogja saat musim liburan maupun tidak. Berbagai destinasi wisata baru mulai dikembangkan sehingga menjadi alternatif tempat wisata Jogja Sehingga paket wisata Jogja terus saja diminati dan menghadirkan potensi-potensi wisata baru untuk wisatawan. Meskipun wisata otentik Jogja seperti Malioboro, Beringharjo dan Kraton Jogja tetap menjadi magnet bagi wisatawan.
Tidak kalah menarik dengan Malioboro yang selalu menjadi tujuan utama para wisatawan karena letaknya yang berada di pusat kota. Banyaknya penginapan serta pusat perbelanjaan membuat Malioboro selalu diakses oleh berbagai kalangan. Akan tetapi, dibalik itu semua Malioboro juga menyimpan hal – hal berbau keraton dan budaya Jawa yang terpendam. Di area Malioboro ternyata ada Kawasan Pecinan yang dapat dikunjungi. Terlebih lagi bagi kaum Tionghoa mereka biasanya akan merayakan Imlek atau tahun baru China. Kawasan pecinan menjadi sangat ramai dan meriah dengan adanya pesta ini. Tak kalah menariknya, bagi yang penasaran mau berjelajah di kampung Pecinan Ketandan Jogja bisa juga lho. Untuk lebih detailnya mengenai Kawasan Pecinan, yuk kita cek!
Kawasan Pecinan Jogja
Kawasan pecinan di Jogja ini diberi nama Kampung Ketandan. Sebuah kampung yang berada di kecamatan Gondomanan Jogja. Kampung tersebut bisa dikatakan sebagai kampung yang memiliki titik vital bagi ekonomi Jogja. Pusat perdagangan yang juga menyimpan sejarah pecinan. Sehingga tidak kaget apabila bangunan di kawasan tersebut menyimpan ciri khas Tionghoa.
Sejarah Kampung Pecinan Ketandan
Kampung Ketandan di kota Jogja berkembang sebagai Kampung Pecinan (Chinatown). Sejarahnya berawal dari hijrahnya Kapiten Tan Djin Sing dari kedu ke kota Jogja. Menurut Gotama Fantoni, tokoh tionghoa tersebut pindah pada tahun 1803. Karena saat itu Tan Djin Sing merupakan sosok yang disegani kala itu, maka dia dipercaya dan diangkat sebagai Bupati Nayoko oleh Raja Jogja yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono III. Pengankatan ini dilakukan pada tanggal 18 September 1813 dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Setjadiningrat.